Blogger Widgets Cursor 7 Ceritaku: Juni 2016 #melayang {position:fixed;_position:absolute;bottom:30px; left:0px;clip:inherit;_top:expression(document.documentElement.scrollTop+document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); } Sumber Asli : http://acibudaya.blogspot.com/2013/11/cara-memasang-animasi-doraemon-di-blog.html#ixzz3M2M5CZYl Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win

Minggu, 12 Juni 2016

THALASEMIA MINNOR

Talassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) yang paling sering dan akan merupakan kelainan genetik utama yang timbul setelah penyakit infeksi dan gangguan gizi teratasi di Indonesia. Menyambut Paradigma Indonesia Sehat 2010 yang baru dicanangkan, kualitas sumber daya manusia tentu saja merupakan faktor yang utama dan keberadaan thalassemia tentu saja akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat.
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya.
Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.
Thalassemia adalah kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di mana penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin (Hb). Hemoglobin sendiri adalah komponen sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin terdiri dari beberapa jenis protein, diantaranya protein alpha dan protein beta.
Penderita Thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein tersebut dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang cukup. Hal ini berujung dengan anemia (‘kekurangan darah’) yang dimulai sejak usia anak-anak hingga sepanjang hidup penderitanya.
Thalassemia terdiri atas beberapa tipe. Mereka yang tidak mampu memproduksi protein alpha dalam jumlah yang cukup disebut thalassemia alpha. Sedangkan mereka yang kekurangan produksi protein beta, menderita thalassemia beta. Di Indonesia lebih banyak ditemukan kasus thalassemia beta. Secara klinis, thalassemia dibedakan atas thalassemia minor (heterizgot) dan mayor (homozigot). Individu heterozigot dan karier tidak menunjukan gejala (asimtomatik) , umumnya mengalami kelainan haematologi minor. Individu homozigat atau coumpound heterozygos biasanya bermanifestasi sebagai thalessemia mayor yang membutuhkan transfusi darah secara rutin dan terapi kelebihan besi untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Berikut akan dibahas lebih jauh mengenai thalassemia minor.
Thalassemia Minor, yaitu kelainan yang diakibatkan kekurangan protein beta. Namun, kekurangannya tidak terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh dapat tetap normal. Gejala terparahnya hanya berupa anemia ringan sehingga dokter seringkali salah mendiagnosis. Penderita Thalassemia Minor sering didiagnosis mengalami kekurangan zat besi. Individu yang memiliki gejala seperti ini akan membawa kelainan genetiknya tersebut untuk diturunkannya pada keturunannya kelak.
Thalassemia minor yaitu suatu keadaan heterozigot untuk kelainan ini. Gejalanya biasanya berupa anemia ringan. Sekilas penyakit ini tidak terlalu berbahaya karena hanya menunjukkan gejala ringan. Namun, jika penderita thalassemia minor atau dapat disebut carrier gen tersebut bertemu dan melakukan perkawinan dengan sesama pembawa gen thalassemia minor maka akan dihasilkan keturunan yang homozigot resesif terhadap sifat ini yang disebut thalassemia mayor dengan gejala yang parah bahkan dapat menyebabkan kematian. Cara pengobatannya pun sangat sulit dan sampai sekarang belum ditemukan. Untuk memperlama masa hidup penderita harus melakukan cuci darah dalam selang waktu tertentu secara rutin. Selain menyakitkan, cara ini juga memerlukan banyak biaya.
Kiranya bermanfaat untuk mengelompokkan berbagai thalassemia menurut rantai polipeptida yang terutama tersangkut dalam sebab kekurangan hemoglobin. Jadi pada thalassemia-a, kerusakan utamanya tampaknya menyangkut sintesis rantai-a, sedangkan pada thalassemia-b yang terutama terpengaruh adalah sintesis rantai-b.
Thalassemia-a
Sindroma Hb Barts hidrops fetalis: karena rantai-a terdapat pada hemoglobin dewasa dan bayi, suatu mutasi yang menyebabkan kerusakan parah pada sintesis rantai-a akan diharapkan terwujud pada kehidupan bayi. Nyatanya keadaan semacam ini merupakan penyebab yang relatif sering untuk kelahiran mati atau kematian perinatal di Asia Tenggara. Bayi yang menderitanya mengalami oedem, suatu keadaan yang disebut hidrops fetalis, dan terdapat pembengkakan hati dan limpa. Hb A atau Hb F normal tidak diproduksi dan semua hemoglobin yang ada dalam sel darah merah memiliki struktur abnormal. Hemoglobin ini terutama terdiri atas suatu tetramer yang terbentuk dari rantai-g normal dan strukturnya dapat ditulis sebagai g4. Hemoglobin ini biasa disebut dengan Hb Bart’s. Jelas, sama sekali tak ada sintesis rantai-a, tetapi sintesis rantai-g berlangsung normal dan tanpa adanya rantai-a terbentuklah suatu tetramer rantai-g. Akibat patologis yang parah disebabkan karena kekurangan hemoglobin yang berat dan juga karena kelainan kurva disosiasi oksigen Hb Bart’s (g4) yang cenderung membuat oksigen kurang mudah tersedia untuk jaringan.
Sebelum muncul ide bahwa mungkin ada dua lokus terpisah yang memberi sandi untuk rantai-a, keadaan ini diakibatkan oleh suatu mutan baik pada lokus yang difikirkan memberi sandi untuk rantai-a maupun pada lokus lain (mungkin sangat terkait) yang dalam beberapa cara mengendalikan sintesisnya. Mutan ini disebut a-Thal1 . Mutan ini jelas mencegah sintesis rantai-a secara menyeluruh, karena pada homozigot tidak terdeteksi adanya rantai-a ini. Tetapi heterozigot untuk mutan ini dan alel normalnya ternyata cukup sehat dan hanya menderita anemia ringan. Mereka ini dapat dikatakan memilki ciri a-Thal1. Individu semacam ini ketika baru lahir menunjukkan Hb g4 dalam jumlah yang nyata, tetapi cenderung menghilang bersama Hb F (a2g2) selama beberapa bulan berikutnya.
Thalassemia-b
Thalassemia-b terdapat relatif umum pada populasi tertentu di negara Mediteran (misalnya di Italia Selatan dan Yunani) dan juga tidak jarang di antara orang-orang yang tinggal di India dan Timur jauh. Pada beberapa populasi di daerah tadi, insidensi heterozigot mungkin setinggi 5-15% dan kesakitan serta kematian homozigot merupakan masalah kesehatan masyarakat utama.
Mungkin saja bahwa sejumlah gena mutan yang berlainan dapat menyebakan abnormalitas semacam ini dan meskipun mereka masing-masing mengakibatkan penekanan sintesis rantai-b. Derajat terjadinya penekanan ini tampaknya sangat beranekaragam dari satu mutan ke mutan lainnya. Pada beberapa kasus sintesis rantai-b, tetapi dengan laju yang sangat kurang dan ini disebut thalassemia-b+.
Heterozigot
Heterozigot sering kali menunjukkan anemia ringan (thalassemia minor), namun sangat beranekaragam dalam derajatnya dan memang secara klinis sering kali tidak jelas. Biasanya terdapat abnormalitas khas morfologi sel darah merah (mikrositosis, anisosittosis, dan sel sasaran). Kebanyakan hemoglobin yang ada adalah hemoglobin A, tetapi secar khas proporsi hemoglobin A2 (a2d2) meningkat, dengan nilai kira-kira 4-7% dari total hemoglobin, tidak sebagaimana angka normal kira-kira 2-3%. Jadi sintesis rantai-d tampaknya agak meningkat (0,5-4% dari hemoglobin total), dan hemoglobin ini tersebar tidak merata di antara sel darah merah yang berlainan sebagaimana pada homozigot.
Heterozigot untuk gena thalassemia-b mungkin juga heterozigot untuk salah satu gena yang menentukan hemoglobin varian dengan rantai-b abnormal seperti Hb S, Hb C atau Hb E. Anemia yang terjadi disebut thalassemia-penyakit sel sabit, thalassemia-penyakit –Hb C dan seterusnya. Pada keadaan ini hemoglobin varian merupakan merupakan hemoglobin yang paling banyak dan meliputi 70% attau lebih dari hemoglobin total yang ada. Tampak bahwa pada kasus semacam ini sintesis rantai-b varian (yaitu bS, bC atau bE) tidak tertekan, sehingga proporsi Hb A yang dijumpai memberi beberapa petunjuk mengenai tingkat penekanan sintesis rantai-b normal yang disebabkan tthalassemia-b yang bersangkutan yang ada. Pada beberapa kasus, rantai-b normal tidak ada.
Telah dipelajari sejumlah keluarga yang salah satu orang tuanya heterozigot untuk gena thalassemia-b dan juga untuk suatu gena yang menentukan salah satu varian struktural rantai-b (yaitu individu dengan thalassemia-penyakitt sel sabit, thalassemia-penyakit-Hb C dan seterusnya). Didapatkan bahwa boleh dikatakan pada semua keluarga, anak-anaknya menerima gena thalassemia-b atau gena untuk varian-b darii orang tuanya yang heterozigot ganda, tetapi tidak menerima keduanya atau sama sekali tidak menerimanya. Dalam istilah formalnya hal ini menunjukkan bahwa gena tersebut terdapat pada lokus yang sama (yaitu alelik) atau bila memang terdapat pada lokus yang terpisah, maka pastilah relatif sangat terkait, bila tidak berdekatan satu sama lain pada kromosom yang sama. Selanjutnya bila gena thalassemia-b memang terdapat pada suatu lokus yang terpisah dari lokus struktural rantai-b tetapi sangat terkait padanya, maka penemuan pada heterozigot ganda seperti pada thalassemia-b-penyakit sel sabit atau thalassemia-b-penyakit Hb C menunjukkan bahwa gena thalassemia hanya dapat menekan aktivitas lokus struktural-b pada kromosomnya sendiri. Memang demikian karena pada keadaan ini laju sintesis varian rantai-b (misalnya Hb S atau Hb C) tampaknya tidak terpengaruh.
Pencegahan
Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalassemia. Gejala Thalassemia beta sangat bervariasi, tergantung keparahan/kerusakan gen yang terjadi, mulai dari tanpa gejala (seakan normal) hingga yang butuh transfusi darah seumur hidup. Pada thalassemia minor, kerusakan gen yang terjadi umumnya ringan. Penderitanya hanya menjadi pembawa gen Thalassemia, dan umumnya tidak mengalami masalah kesehatan, kecuali gejala anemia ringan yang ditandai dengan lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi dan sebagainya. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai anemia karena defisiensi zat besi.  Karena penampilan sebagian besar individu pembawa sifat thalassemia (thalassemia trait) tidak dapat dibedakan dengan individu normal, maka statusnya hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Anak-anak dengan gejala thalassemia perlu melakukan skrining. Mengingat insiden thalassemia trait cukup tinggi (6-10%), sebaiknya semua orang Indonesia dalam usia subur melakukan skrining Thalassemia. Demikian juga ibu hamil, perlu melakukan skrining thalassemia dan bila ada indikasi dilanjutkan dengan diagnosis prenatal. Dengan demikian diharapkan prevalensi penyakit thalassemia di Indonesia dapat berkurang.
Selain untuk skrining, pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk diagnosis, pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan hasil terapi yang lebih akurat. Pemeriksaan laboratorium untuk skrining dan diagnosis Thalassemia meliputi :
– Hematologi Rutin : untuk mengetahui kadar Hb dan ukuran sel-sel darah,
– Gambaran Darah Tepi : untuk melihat bentuk, warna dan kematangan sel-sel darah,
– Feritin, SI dan TIBC : untuk melihat status besi,
– Analisis Hemoglobin : untuk diagnosis dan menentukan jenis Thalassemia,
-Analisis DNA : untuk diagnosis prenatal (pada janin) dan penelitian.

By :
Free Blog Templates