Talassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) yang paling
sering dan akan merupakan kelainan genetik utama yang timbul setelah
penyakit infeksi dan gangguan gizi teratasi di Indonesia. Menyambut
Paradigma Indonesia Sehat 2010 yang baru dicanangkan, kualitas sumber
daya manusia tentu saja merupakan faktor yang utama dan keberadaan
thalassemia tentu saja akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat.
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang
berarti laut. Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh
karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah.
Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit
USA yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau menjumpai
anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia
satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya.
Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal
resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya.
Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis
yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor
atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling
berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk
heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap
penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua
orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.
Thalassemia adalah kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di
mana penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin
(Hb). Hemoglobin sendiri adalah komponen sel darah merah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. Hemoglobin terdiri dari beberapa jenis
protein, diantaranya protein alpha dan protein beta.
Penderita Thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein
tersebut dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak
terbentuk dengan sempurna. Akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah yang cukup. Hal ini berujung dengan anemia
(‘kekurangan darah’) yang dimulai sejak usia anak-anak hingga sepanjang
hidup penderitanya.
Thalassemia terdiri atas beberapa tipe. Mereka yang tidak mampu
memproduksi protein alpha dalam jumlah yang cukup disebut thalassemia
alpha. Sedangkan mereka yang kekurangan produksi protein beta, menderita
thalassemia beta. Di Indonesia lebih banyak ditemukan kasus thalassemia
beta. Secara klinis, thalassemia dibedakan atas thalassemia minor
(heterizgot) dan mayor (homozigot). Individu heterozigot dan karier
tidak menunjukan gejala (asimtomatik) , umumnya mengalami kelainan
haematologi minor. Individu homozigat atau coumpound heterozygos biasanya
bermanifestasi sebagai thalessemia mayor yang membutuhkan transfusi
darah secara rutin dan terapi kelebihan besi untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Berikut akan dibahas lebih jauh mengenai thalassemia
minor.
Thalassemia Minor, yaitu kelainan yang diakibatkan kekurangan protein
beta. Namun, kekurangannya tidak terlalu signifikan sehingga fungsi
tubuh dapat tetap normal. Gejala terparahnya hanya berupa anemia ringan
sehingga dokter seringkali salah mendiagnosis. Penderita Thalassemia
Minor sering didiagnosis mengalami kekurangan zat besi. Individu yang
memiliki gejala seperti ini akan membawa kelainan genetiknya tersebut
untuk diturunkannya pada keturunannya kelak.
Thalassemia minor yaitu suatu keadaan heterozigot untuk kelainan ini.
Gejalanya biasanya berupa anemia ringan. Sekilas penyakit ini tidak
terlalu berbahaya karena hanya menunjukkan gejala ringan. Namun, jika
penderita thalassemia minor atau dapat disebut carrier gen tersebut
bertemu dan melakukan perkawinan dengan sesama pembawa gen thalassemia
minor maka akan dihasilkan keturunan yang homozigot resesif terhadap
sifat ini yang disebut thalassemia mayor dengan gejala yang parah bahkan
dapat menyebabkan kematian. Cara pengobatannya pun sangat sulit dan
sampai sekarang belum ditemukan. Untuk memperlama masa hidup penderita
harus melakukan cuci darah dalam selang waktu tertentu secara rutin.
Selain menyakitkan, cara ini juga memerlukan banyak biaya.
Kiranya bermanfaat untuk mengelompokkan berbagai thalassemia menurut
rantai polipeptida yang terutama tersangkut dalam sebab kekurangan
hemoglobin. Jadi pada thalassemia-a, kerusakan utamanya tampaknya
menyangkut sintesis rantai-a, sedangkan pada thalassemia-b yang terutama
terpengaruh adalah sintesis rantai-b.
Thalassemia-a
Sindroma Hb Barts hidrops fetalis: karena rantai-a
terdapat pada hemoglobin dewasa dan bayi, suatu mutasi yang menyebabkan
kerusakan parah pada sintesis rantai-a akan diharapkan terwujud pada
kehidupan bayi. Nyatanya keadaan semacam ini merupakan penyebab yang
relatif sering untuk kelahiran mati atau kematian perinatal di Asia
Tenggara. Bayi yang menderitanya mengalami oedem, suatu keadaan yang
disebut hidrops fetalis, dan terdapat pembengkakan hati dan limpa. Hb A
atau Hb F normal tidak diproduksi dan semua hemoglobin yang ada dalam
sel darah merah memiliki struktur abnormal. Hemoglobin ini terutama
terdiri atas suatu tetramer yang terbentuk dari rantai-g normal dan
strukturnya dapat ditulis sebagai g4. Hemoglobin ini biasa
disebut dengan Hb Bart’s. Jelas, sama sekali tak ada sintesis rantai-a,
tetapi sintesis rantai-g berlangsung normal dan tanpa adanya rantai-a
terbentuklah suatu tetramer rantai-g. Akibat patologis yang parah
disebabkan karena kekurangan hemoglobin yang berat dan juga karena
kelainan kurva disosiasi oksigen Hb Bart’s (g4) yang cenderung membuat oksigen kurang mudah tersedia untuk jaringan.
Sebelum muncul ide bahwa mungkin ada dua lokus terpisah yang memberi
sandi untuk rantai-a, keadaan ini diakibatkan oleh suatu mutan baik pada
lokus yang difikirkan memberi sandi untuk rantai-a maupun pada lokus
lain (mungkin sangat terkait) yang dalam beberapa cara mengendalikan
sintesisnya. Mutan ini disebut a-Thal1 . Mutan ini
jelas mencegah sintesis rantai-a secara menyeluruh, karena pada
homozigot tidak terdeteksi adanya rantai-a ini. Tetapi heterozigot untuk
mutan ini dan alel normalnya ternyata cukup sehat dan hanya menderita
anemia ringan. Mereka ini dapat dikatakan memilki ciri a-Thal1. Individu semacam ini ketika baru lahir menunjukkan Hb g4 dalam jumlah yang nyata, tetapi cenderung menghilang bersama Hb F (a2g2) selama beberapa bulan berikutnya.
Thalassemia-b
Thalassemia-b terdapat relatif umum pada populasi tertentu di negara
Mediteran (misalnya di Italia Selatan dan Yunani) dan juga tidak jarang
di antara orang-orang yang tinggal di India dan Timur jauh. Pada
beberapa populasi di daerah tadi, insidensi heterozigot mungkin setinggi
5-15% dan kesakitan serta kematian homozigot merupakan masalah
kesehatan masyarakat utama.
Mungkin saja bahwa sejumlah gena mutan yang berlainan dapat
menyebakan abnormalitas semacam ini dan meskipun mereka masing-masing
mengakibatkan penekanan sintesis rantai-b. Derajat terjadinya penekanan
ini tampaknya sangat beranekaragam dari satu mutan ke mutan lainnya.
Pada beberapa kasus sintesis rantai-b, tetapi dengan laju yang sangat
kurang dan ini disebut thalassemia-b+.
Heterozigot
Heterozigot sering kali menunjukkan anemia ringan (thalassemia
minor), namun sangat beranekaragam dalam derajatnya dan memang secara
klinis sering kali tidak jelas. Biasanya terdapat abnormalitas khas
morfologi sel darah merah (mikrositosis, anisosittosis, dan sel
sasaran). Kebanyakan hemoglobin yang ada adalah hemoglobin A, tetapi
secar khas proporsi hemoglobin A2 (a2d2)
meningkat, dengan nilai kira-kira 4-7% dari total hemoglobin, tidak
sebagaimana angka normal kira-kira 2-3%. Jadi sintesis rantai-d
tampaknya agak meningkat (0,5-4% dari hemoglobin total), dan hemoglobin
ini tersebar tidak merata di antara sel darah merah yang berlainan
sebagaimana pada homozigot.
Heterozigot untuk gena thalassemia-b mungkin juga heterozigot untuk
salah satu gena yang menentukan hemoglobin varian dengan rantai-b
abnormal seperti Hb S, Hb C atau Hb E. Anemia yang terjadi disebut
thalassemia-penyakit sel sabit, thalassemia-penyakit –Hb C dan
seterusnya. Pada keadaan ini hemoglobin varian merupakan merupakan
hemoglobin yang paling banyak dan meliputi 70% attau lebih dari
hemoglobin total yang ada. Tampak bahwa pada kasus semacam ini sintesis
rantai-b varian (yaitu bS, bC atau bE)
tidak tertekan, sehingga proporsi Hb A yang dijumpai memberi beberapa
petunjuk mengenai tingkat penekanan sintesis rantai-b normal yang
disebabkan tthalassemia-b yang bersangkutan yang ada. Pada beberapa
kasus, rantai-b normal tidak ada.
Telah dipelajari sejumlah keluarga yang salah satu orang tuanya
heterozigot untuk gena thalassemia-b dan juga untuk suatu gena yang
menentukan salah satu varian struktural rantai-b (yaitu individu dengan
thalassemia-penyakitt sel sabit, thalassemia-penyakit-Hb C dan
seterusnya). Didapatkan bahwa boleh dikatakan pada semua keluarga,
anak-anaknya menerima gena thalassemia-b atau gena untuk varian-b darii
orang tuanya yang heterozigot ganda, tetapi tidak menerima keduanya atau
sama sekali tidak menerimanya. Dalam istilah formalnya hal ini
menunjukkan bahwa gena tersebut terdapat pada lokus yang sama (yaitu
alelik) atau bila memang terdapat pada lokus yang terpisah, maka
pastilah relatif sangat terkait, bila tidak berdekatan satu sama lain
pada kromosom yang sama. Selanjutnya bila gena thalassemia-b memang
terdapat pada suatu lokus yang terpisah dari lokus struktural rantai-b
tetapi sangat terkait padanya, maka penemuan pada heterozigot ganda
seperti pada thalassemia-b-penyakit sel sabit atau
thalassemia-b-penyakit Hb C menunjukkan bahwa gena thalassemia hanya
dapat menekan aktivitas lokus struktural-b pada kromosomnya sendiri.
Memang demikian karena pada keadaan ini laju sintesis varian rantai-b
(misalnya Hb S atau Hb C) tampaknya tidak terpengaruh.
Pencegahan
Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan
genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita
thalassemia. Gejala Thalassemia beta sangat bervariasi, tergantung
keparahan/kerusakan gen yang terjadi, mulai dari tanpa gejala (seakan
normal) hingga yang butuh transfusi darah seumur hidup. Pada thalassemia
minor, kerusakan gen yang terjadi umumnya ringan. Penderitanya hanya
menjadi pembawa gen Thalassemia, dan umumnya tidak mengalami masalah
kesehatan, kecuali gejala anemia ringan yang ditandai dengan lesu,
kurang nafsu makan, sering terkena infeksi dan sebagainya. Kondisi ini
sering disalahartikan sebagai anemia karena defisiensi zat besi. Karena
penampilan sebagian besar individu pembawa sifat thalassemia
(thalassemia trait) tidak dapat dibedakan dengan individu normal, maka
statusnya hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium.
Anak-anak dengan gejala thalassemia perlu melakukan skrining. Mengingat
insiden thalassemia trait cukup tinggi (6-10%), sebaiknya semua orang
Indonesia dalam usia subur melakukan skrining Thalassemia. Demikian juga
ibu hamil, perlu melakukan skrining thalassemia dan bila ada indikasi
dilanjutkan dengan diagnosis prenatal. Dengan demikian diharapkan
prevalensi penyakit thalassemia di Indonesia dapat berkurang.
Selain untuk skrining, pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk
diagnosis, pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan hasil terapi
yang lebih akurat. Pemeriksaan laboratorium untuk skrining dan diagnosis
Thalassemia meliputi :
– Hematologi Rutin : untuk mengetahui kadar Hb dan ukuran sel-sel darah,
– Gambaran Darah Tepi : untuk melihat bentuk, warna dan kematangan sel-sel darah,
– Feritin, SI dan TIBC : untuk melihat status besi,
– Analisis Hemoglobin : untuk diagnosis dan menentukan jenis Thalassemia,
-Analisis DNA : untuk diagnosis prenatal (pada janin) dan penelitian.
Minggu, 12 Juni 2016
THALASEMIA MINNOR
Diposting oleh Unknown di 23.35
Subscribe to:
Postingan (Atom)